Ada sedikit resah yang aku alami ketika Nebula menghabiskan waktunya di pelataran senja. Terkadang mengalami distorsi waktu. Memungkinkan dialog yang penuh prolog tanpa adanya monolog.
Sore itu terdengar lagu dari Mondo Gascaro yang berjudul “Dan Bila” asik juga lagunya masih terasa aroma Sorenya. Tapi entah kenapa terbayang dengan Nebula yang tidak ada sangkut pautnya dengan lagu ini. Lucu memang terlalu memikirkan Nebula yang belum tentu dia memikirkanku. Apa aku yang terlalu cemas atau terlalu tinggi mencintainya?
Mungkin suatu saat aku berpikir ulang jika Nebula menginginkanku untuk sekedar bertemu. Karena aku bukan hak untuk mencintai maupun menikmati kopi dengannya. Aku hanya seumpama rindu yang datang secara praktis di setiap Minggu. Menunggu kabar darinya ibarat seperti semesta yang dipaksakan menua.
-Bersambung
Jakarta, 17 Februari 2018
Tinggalkan Balasan